Rabu, 13 Juli 2016

BAB 1 SKRIPSI



BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu upaya sadar untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, serta keahlian tertentu kepada individu-individu untuk mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Inovasi-inovasi telah dilakukan oleh pemerintah adalah upaya reformasi pendidikan salah satunya pembaharuan kurikulum, seperti menyempurnakan kurikulum 1994, kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan Nasional KTSP sudah disempurnakan pemerintah dengan diterapkannya Kurikulum 2013 yang diutamakan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada ranah sikap dan kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi). Seperti yang tercantum dalam kurikulum-kurikulum yang berlaku, kurikulum yang dilakukan pemerintah pendidikan di SMA yang didalamnya terdapat pendidikan kimia, pembelajaran kimia haruslah diarahkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan proses sains dan kecakapan hidup siswa.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Siswa yang belum mampu menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk memecahkan permasalahan dalam dunia nyata merupakan cerminan kemampuan berpikir siswa masih rendah. Untuk membentuk kemampuan berpikir siswa yang demikian dalam pembelajaran  hendaknya siswa berperan aktif dan perlunya guru yang berperan untuk mengembangkan berpikir siswa.
Peran guru dalam pembelajaran sangatlah penting, baik sebagai fasilitator maupun motivator. Peran guru sebagai fasilitator diantaranya sebagai pengungkap dan pengembang proses beripikir siswa, sedangkan peran guru sebagai motivator sebagai pemberi motivasi dalam belajar siswa. Suatu pengetahuan dapat dimiliki siswa jika siswa sendiri membentuk pengetahuan tersebut. Hal ini berarti, siswa bisa mengembangkan kemampuan, meningkatkan kualitas dan kapasitas diri sehingga mereka menjadi pribadi yang tidak mudah lupa akan materi yang diajarkan walaupun jangka waktu yang sangat panjang. Dalam proses pembelajaran ini guru perlu meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Peningkatan kemampuan berpikir sebagai salah satu strategi pembelajaran yang diharapkan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan tersebut. Dalam Peningkatan kemampuan berpikir materi pelajaran siswa dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui dialog dan tanya jawab yang terus-menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa. Peningkatan kemampuan berpikir tersebut identik dengan berpikir kritis.
Berpikir   kritis  menggunakan  dasar   proses   berpikir   untuk   menganalisis
Berpikir kritis merupakan sebuah proses. Proses berpikir ini bermuara pada tujuan akhir yang membuat kesimpulan ataupun keputusan yang masuk akal tentang apa yang harus kita percayai dan tindakan apa yang kita lakukan. argumen dan memunculkan gagasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran logis, memahami asumsi dan bias yang mendasari tiap-tiap posisi, serta memberikan metode presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan ( Ennis dalam Liliasari, 2009). Berpikir kritis dapat dikembangkan dalam pembelajaran kimia, hal ini dikarenakan kimia memiliki struktur dan kajian yang lengkap serta jelas antar konsep.
Kimia itu sendiri merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan  ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja dan bersikap ilmiah serta kemampuan berkomunikasi sebagai aspek penting kecakapan hidup. Salah satu tujuan pembelajaran ilmu kimia di SMA adalah agar siswa memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitanya serta penerapanya baik dalam kehidupan sehari-hari.
Dilihat dari materi, dalam pembelajaran kimia bukan hanya membutuhkan pemahaman serta pengasaan konsep saja tetapi dalam mempelajari kimia di sini siswa dituntut aktif bersama guru untuk menerapkan ilmu yang dipelajari ke dalam pengembangan diri. Siswa juga perlu melakukan praktikum, karena kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, sifat dan perubahan. Kenyataan yang terjadi pada proses pembelajaran kebanyakan guru menggunkan model pembelajaran langsung dan cenderung lebih mengutamakan informasi konsep. Dan siswa menerima informasi secara pasif dengan pembelajaran sangat abstrak dan teoritis. Untuk menjadikan materi kimia menjadi lebih menarik, maka harus mampu mengambil suatu kebijakan yaitu dengan perbaikan model pembelajaran sehingga kompetensi belajar yang diharapkan akan tercapai dengan baik, sebab dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat akan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dikelas.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia adalah model pembelajaran yang  lebih memandirikan siswa dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, salah satu model pembelajaran itu adalah model pembelajaran yang mencakup Mind, Acquire, Search Out, Trigger, Exhibit, Reflect atau yang biasa dikenal dengan Model MASTER (Fisher, 2008). Model pembelajaran MASTER ini dapat dilaksanakan dengan berbagai metode seperti demonstrasi dan eksperimen (pratikum) dimana siswa membangun pengetahuannya sendiri sesuai dengan pengalaman yang dimiliki siswa sehingga proses pembelajaran sangat menyenangkan.
kembali  materi  yang  telah disampaikan sehingga dapat memacu siswa untuk
Model pembelajaran MASTER merupakan salah satu pembelajaran mandiri. Sungguh pun belajar mandiri tidak belajar sendiri dan dalam belajar mandiri peserta didik boleh bertanya, berdiskusi atau minta penjelasan dari orang lain. Model pembelajaran MASTER merupakan pembelajaran mandiri, dimana nanti pada proses model pembelajaran ini siswa diminta menjelaskan lebih mendalami materi yang disampaikan tersebut, model MASTER juga merupakan  suatu langkah dalam Cara Belajar Cepat (CBC) yang diterapkan untuk membuat suasana belajar terasa menyenangkan dan jauh dari kesan kaku.
Model MASTER memiliki banyak keunggulan salah satunya mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam menemukan konsep melalui percobaan, membuat hipotesis, meneliti untuk membangun pengetahuan baru. Model pembelajaran  MASTER ini cocok digunakan pada materi-materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari misalnya pokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit, karena model ini bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki keterampilan berpikir kritis untuk mengkontruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Larutan elektrolit dan nonelektrolit merupakan salah satu sub pokok bahasan ilmu kimia yang diberikan di kelas X IPA SMA. Pokok bahasan ini memiliki beberapa karakteristik seperti bersifat abstrak, pemahaman konsep, penerapan konsep. Karakteristik pokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit ini menjadi salah satu penyebab kesulitan belajar siswa. Pokok bahasan ini sebenarnya sangat menarik dan akrab dengan kehidupan sehari-hari, sehingga proses pembelajaran dapat lebih realistis. Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan contoh larutan elektrolit maupun nonelektrolit contoh larutan garam dan oralit. Dalam upaya meningkatkan aktivitas, kemampuan dan hasil belajar siswa, perlu dilakukan inovasi pembelajaran yang memperhatikan kesesuaian model pembelajaran yang mendukung dengan karakteristik materi yang disampaikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai seperti yang diharapkan. Maka peneliti memilih untuk menggunakan model pembelajaran MASTER yang dapat mengembangkan berpikir kritis pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik meneliti tentang Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Model Pembelajaran MASTER Pada Sub Pokok Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit Kelas X IPA 2 SMA Negeri 5 Samarinda ”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Model Pembelajaran MASTER Pada Sub Pokok Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit Kelas X IPA 2 SMA Negeri 5 Samarinda ?”

C.       Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk “Mengetahui Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Model Pembelajaran MASTER Pada Sub Pokok Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit Kelas X IPA 2 SMA Negeri 5 Samarinda”.


D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, yaitu:
1.    Bagi guru, memberikan informasi mengenai keterampilan berpikir kritis yang dimiliki siswa khususnya keterampilan mengatur strategi dan taktik, keterampilan memberikan penjelasan sederhana, keterampilan membangun keterampilan dasar, keterampilan menyimpulkan, dan keterampilan memberikan penjelasan lanjut, serta memberikan informasi tentang penggunaan model yang tepat dan sesuai untuk materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit.
2.    Bagi siswa, sebagai sarana yang memudahkan siswa untuk lebih cepat dan baik dalam memahami konsep kimia pada materi yang diajarkan serta meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
3.    Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka memperbaiki dan menigkatkan kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya dapat meningkatkan mutu sekolah.
4.    Bagi mahasiswa, menambahkan pengetahuan guna mempersiapkan diri menjadi pengajar kimia yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar