BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Belajar
1.
Pengertian
Belajar
Menurut
pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari itnteraksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubah-perubahan tersebut akan nyata dalam
seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai
berikut:
“Belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan, sebagai hasil pengalamnnya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.” Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik
sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri
seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar (Slameto, 2010).
Pengertian belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses
|
perubahan perilaku,
akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Jadi, perilaku adalah hasil
belajar. Artinya, seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan
sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Manusia telah belajar begitu
banyak sejak mereka lahir, bahwa belajar dan perkembangan adalah hubungan yang
tidak dapat dipisahkan. Belajar berjalan pada anak kecil adalah sebagian besar
karena perkembangannya, tetapi juga tergantung pada pengalaman dan aktivitas
lain. Anak kecil yang takut ketika melihat dokter membawa alat suntik adalah
tingkah laku laku belajar.
Belajar
di kelas bukanlah sekedar menerima suatu trasnfer nilai dan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Menurut Isjoni (2006), belajar ialah sebuah proses penemuan dan
penciptaan kembali serta penulisan ulang setiap teks yang merupakan tugas murid
atau guru, sebagai subyek yang bukan sekedar obyek dan apa yang disebut sekolah
atau pendidikan.
Bedasarkan
beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru untuk mencapai suatu hasil atau tujuan
yang maksimal dalam suatu proses kegiatan pembelajaran.
2.
Hasil
Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dua
sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada
saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada
jenis-jenis ranah kognitif, afektif, psikomotor, sedangkan dari sisi guru,
hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran (Dimyati dan
Mudjiono,1999).
Sukmadinata
(2003), menyatakan bahwa penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat
dari perilakunya, naik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,
keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik. Di sekolah hasil belajar ini
dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran yang ditempuhnya.
Dimana untuk mengukur atau menilai hasil belajar digunakan tes hasil belajar.
Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut
di sekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf.
Hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran
atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat dicapai
apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah
laku yang lebih baik lagi (Sudjana, 2005).
3.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Belajar
individu
yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di
luar individu (Slameto, 2010).
|
a.
Faktor
Internal
1) Faktor
Jasmaniah
Keadaan
jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak
memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal
ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera dan anggota tubuh.
Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur,
olahraga serat cukup tidur.
2) Faktor
Psikologis
Faktor
Psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang
berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang
keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor
psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau
tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap
keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatan faktor
utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan
menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih
banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
3) Faktor
Kelelahan
Kelelahan
pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetai dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan tinbul
kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena
terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah
tidak/kurang lancar pada bagia-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat
dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa paada bagian kepala
dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak
kehabisan daya untuk bekerja.
b.
Faktor
Eksternal
1) Faktor
Keluarga
Sisa
yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik,
relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi
keluarga.faktor rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dana utama
pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah
yang cukup tenang, adanya perhatian orang tua terhadap perkembangan proses
belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan
belajarnya.
2) Faktor
Sekolah
Lingkungan
sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang
paling mempengaruhu keberhasilan belajar
para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran
di atas ukuran, metode belajar, tugas rumah, tata tertib atau disiplin yang
ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
3) Faktor
Masyarakat
Seorang
siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang
keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
mempengaruhi beljar siswa karena keberadaannya dalam masyarakat. Lingkungan
yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah lembaga-lembaga
pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian
remaja dan lain-lain.
Sebagai
bahan perbandingan dapat kita simak menurut Cronbach (Hanafiah dan Suhana,
2009) bahwa unsur-unsur belajar terdiri atas:
1. Tujuan.
2. Kesiapan.
3. Situasi.
4. Interpretasi,
yaiut melihat hubungan antara komponen situasi belajar, melihat makna dalam
mencapai tujuan.
5. Respons
dengan berpegang dari hasil interpretasi, respons ini mungkin
trial atau usaha penuh
perhitungan.
6. Konsekuensi,
yaitu setiap usaha akan membawa hasil, akibat baik keberhasilan maupun
kegagalan.
7. Reaksi
terhadap kegagalan, bisa menumbuhkan perasaan sedih, menurunkan semangat, atau
sebaliknya, yaitu membangkitkan semangat dalam rangka menutupi kegagalan
tersebut.
B. Model
Pembelajaran Mandiri
1.
Pengertian
Pembelajaran Mandiri
Dalam
pembelajaran Mandiri menurut Wedemeyer (1983), peserta didik yang belajar
secara mandiri mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri
pembelajaran yang diberikan guru/pendidik di kelas. Peserta didik dapat
mempelajari pokok materi tertentu dengan membaca modul atau melihat dan
mengakses program e-learning tanpa
bantuan atau dengan bantuan terbatas dari orang lain. Disamping itu, peserta
didik mempunyai otonomi dalam belajar. Otonomi tersebut terwujud dalam beberapa
kebebasan sebagai berikut:
a. Peserta
didik mempunyai kesempatan untuk ikut menentukan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai sesuai dengan kondisi dan kebutuhan belajarnya.
b. Peserta
didik boleh ikut menentukan bahan yang ingin dipelajarainya dan cara
mempelajarinya.
c. Peserta
didik mempunyai kebebasan untuk belajar sesuai dengan kecepatan sendiri.
d. Peserta
didik dapat ikut menentukan cara evaluasi yang akan digunakan menilai kemajuan
belajarnya.
Kemandirian
dalam belajar menurut Wedemeyer (1983), perlu di berikan kepada peserta didik
supaya mereka mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan medisiplinkan dirinya
dan dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemampuan sendiri. Sikap-sikap
tersebut perlu dimiliki peserta didik karena hal tersebut merupakan ciri
kedewasaan orang terpelajar. Moore, juga berpendapat sejalan dengan Weedemeyer
yaitu ciri utama suatu proses pembelajaran mandiri adalah adanya kesempatan
yang diberikan kepada peserta didik untuk ikut menentukan tujuan, sumber dan
evaluasi belajarnya. Karena itu, program pembelajaran mandiri dapat
diklasifikasikan berdasarkan besar kecilnya kebebasan yang diberikan kepada
peserta didik untuk ikut menentukan program pembelajarannya (Melisa Maya,
2013).
memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui
media
|
Tugas
seorang guru dalam pembelajaran mandiri adalah menjadi fasilitator, yaitu
menjadi orang yang siap memberikan bantuan kepada peserta didik bila
diperlukan. Bentuknya terutama bantuan dalam menentukan tujuan belajar, memilih
bahan dan media belajar, serta dalam memecahkan masalah kesulitan yang tidak
dapat dipecahkan oleh peserta didik sendiri (Melisa Maya, 2013).
asa. Tetapi, kalau mengetahui bahwa teman-temannya juga mengalami
|
Belajar
mandiri merupakan kemampuan yang tidak berkaitan dengan pembelajaran apa,
tetapi lebih berkaitan dengan bagaimana proses belajar tersebut dilaksanakan.
Kegiatan belajar mandiri merupakan suatu bentuk kegiatan belajar yang
memberikan keleluasan kepada siswa untuk
dapat memilih atau menetapkan sendiri waktu dan cara belajarnya. Kegiatan
belajar sebagai suatu aktivitas fisik dan mental dalam diri individu berkaitan
erat dengan strategi belajar yang diterapkan individu tersebut. Setiap individu
yang belajar akan memiliki strategi atau cara tertentu untuk memperoleh
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkannya, karena strategi atau
cara belajar ini bersifat individual. Artinya, strategi belajar yang efektif
bagi seseorang belum tentu efektif bagi orang lain. Untuk memperoleh strategi
yang efektif seseorang perlu mengetahui serangkaian konsep yang akan membawanya
menemukan strategi yang efektif bagi dirinya. Salah satu konsep belajar yang
dapat diterapkan adalah konsep belajar mandiri (Trianto, 2009).
2.
Model-model
pembelajaran Mandiri
a. Model
SAVI
Beberapa model pembelajaran mandiri
yaitu:
Meier Dave
(2002), menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indera dan
emosi dalam proses belajar yang dikenal dengan model SAVI, yaitu:
1) Somatic
berarti belajar dengan bergerak dan
berbuat.
2) Auditori
berarti belajar berbicara dan mendengarkan.
3) Visual
berarti belajar dengan mengamati dan menggambarkan.
4) Intelektual
berarti belajar dengan memecahkan masalah dan menerangkan.
b. Model
MASTER
Rose dan Nicholl
memperkenalkan satu model belajar yang dikenalkan dengan Model M-A-S-T-E-R (Mind, Acquire, Search Out, Trigger, Exhibit,
Reflect), yaitu:
1) Mind
berarti mendapatkan pikiran yang benar.
2) Acquire
berarti memperoleh informasi yang terdiri dari gagasan inti.
3) Search
Out berarti mencari makna melalui pembimbing mereka.
4) Trigger
berarti memicu memori.
5) Exhibiting
berarti memamerkan apa yang anda ketahui.
6) Reflect
berarti merefleksikan cara belajar.
(Arfi satria, 2012)
C. Model
Pembelajaran MASTER
1.
Pengertian
Model Pembelajaran MASTER
Salah satu
pembelajaran mandiri adalah
model pembelajaran MASTER. Model
MASTER (Mind, Acquire, Search Out, Trigger,
Exhibit, Reflect) ini diperkenalkan oleh Rose dan Nicholl.
Pada model MASTER ini para pembelajar mulai manyadari bahwa belajar bukan
sesuatu yang dilakukakan untuk pembelajar, hanya pembelajar yang dapat
melakukannya. Dalam hal ini pembelajaran MASTER ini ada keterkaitan antara
model kontruktivisme.
Kontruktivisme (construkctivism) merupakan
pengetahuan dibangun oleh manusia itu sendiri, dimana pengetahuan itu bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Belajar lebih diarahkan pada experiental learning, yaitu
merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan konkrit di laboratorium diskusi
dengan teman sejawat, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide serta
pengembangan konsep baru.
Siswa harus memiliki pengalaman dengan membuat
hipotesis, meramalkan, mengetes hipotesis, memanipulasi objek, memecahkan
persoalan, mencari jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog, mengadakan
refleksi, menungkapkan pertanyaan cara belajar cepat yang diterapkan untuk
membuat suasana pembelajaran terasa menyenangkan dan jauh dari kesan kaku,
mengekspresikan jawaban dan lain-lain untuk membangun kontruksi pengetahuan
baru. Sejalan dengan hal itu, pembelajaran MASTER merupakan proses pembelajaran
(Putri dkk, 2013).
Berdasarkan uraian di atas mengenai kontruktivisme dengan pembelajaran MASTER maka
keterkaitan diantara keduanya sangatlah erat
keduanya menekankan pada proses pembelajaran mandiri dimana siswa
membangun pengetahuannya sendiri sesuai dengan pengalaman misalnya dari mereka melakukan eksperimen (percobaan) yang
dimiliki siswa sehingga proses pembelajaran terasa sangat menyenangkan (Putri dkk, 2013).
Model
MASTER ini juga merupakan salah satu langkah dalam Cara belajar cepat (CBC)
yang diterapkan untuk membuat suasana pembelajaran terasa menyenangkan dan jauh
dari kesan kaku. Cara Belajar cepat merupakan usaha yang dilakukan sehingga
suatu konsep dapat dipahami dengan cepat dan baik. Model MASTER ini meliputi :
1. M
= Motivating your mind (memotivasi pikiran)
Artinya adalah
mendapatkan keadaan pikiran yang benar dengan menjelaskan kepada pembelajar
tentang kerja otak dan gaya belajar dengan cara melihat relevansi,
memvisualisasikan hasil yang bermutu, memberi siswa kontrol diri, menciptakan
moto kelas, dan melibatkan orang tua.
Rose (dalam Accelerated
Learning) menyatakan bahwa untuk belajar, seseorang membutuhkan keasaan pikiran
yang “kaya akal” yaitu harus rileks, percaya diri, dan termotivasi. Jika dalam kondisi stress
dan kurang percaya diri atau tidak melihat manfaat dari yang dipelajari,
pelajaran itu tidak dapat berlangsung dengan baik. Meier (dalam Accelerated Learning) menuliskan
pembelajar dapat mendekati
situasi belajar dengan segala macam
rintangan yang disadari atau tidak dapat mengganggu belajar. Semua rintangan ini dapat
stress dan kemerosotan tajam dalam kemampuan belajar. Untuk itu, guru perlu
memotivasi siswa agar memperoleh keadaan pikiran yang benar dalam belajar.
Salah satu cara untuk memberikan motivasi adalah dengan menanamkan pada diri
siswa apa manfaatnya bagi mereka dalam mempelajari suatu konsep.
Sugesti-sugesti positif akan membuat
siswa menjadi semangat dalam belajar dan proses pembelajaran akan terasa
menyenangkan. Setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan kurikulum, dan
setiap metode intruksional atas dasar prinsip “Bawalah dunia mereka kedunia
kita dan antarkan dunia kita kedunia mereka”, dalam artian guru memanfaatkan
membangun hubungan baik dengan siswa
sehingga siswa memperoleh keadaan yang terbuka dan tidak merasa
tertekan.
2. A
= Acquiring the information (memperoleh
informasi)
Artinya
memperoleh informasi dari gagasan inti. Rose menyatakan bahwa guru harus
memberikan perhatian secara khusus kepada siswa. Ketika guru menyampaikan
sejumlah cukup besar informasi baru kepada siswa maka siswa secara alamiah akan
memulai memproses informasi itu dalam dirinya. Dalam tahap memperoleh informasi
ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan seperti yang ditulis Rose (dalam Accelerated Learning) yaitu:
a. Gagasan
inti, tahapan memperoleh informasi memberikan tekanan pada pemahaman gagasan
inti dari setiap subjek.
b. Bekerja
sama, salah satu keterampilan yang bernilai
dalam hidup adalah kemampuan bekerja sama secara
efektif dalam suatu tim atau
kelompok.
3. S
= Searching out the meaning (
Menyelidiki makna)
Artinya mencari
makna melalui pembimbing mereka, membantu membuat kerangka visual pemikiran
mereka, berpikir mendalam dan melibatkan kecerdasan kinestetik dengan cara
imajinasi terbimbing, pertanyaan menantang, dan belajar interpersonal. Dalam
bagian searching out ini siswa dibimbing agar dapat menyelidiki makna untuk
pemahaman yang lebih mendalam, tujuannya bukan hanya mengalihkan pengetahuan
kepada para siswa tersebut tetapi agar mereka bisa membuat makna bagi diri
mereka sendiri untuk benar-benar memahami konsep yang disampaikan. Rose (dalam Accelerated Learning) mengatakan cara
efektif dalam belajar yaitu menggunakan sebanyak mungkin kecerdasan secara
praktis, dengan cara mengalami dan menghayati apa yang telah dipelajari secara
utuh.
4. T
= Triggering the memory (memicu
memori)
Siklus
pengulangan materi yang sangat penting, karena dengan pengulangan materi
informasi yang didapatkan dapat disimpan dalam memori dengan jangka panjang.
Tahapan yang dilakukan yaitu dengan menyimpulkan materi bersama siswa di akhir
pembelajaran. Dalam hal ini guru dan siswa dapat mengulang butir-butir materi
utama yang dipelajari, baik dalam bentuk pertanyaan dari
guru maupun dalam bentuk tes. Deporter (dalam Accelerated Learning) menyatakan
menuliskan, pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu
bahwa aku tahu ini”.
5. Exhibiting what
you know (Memamerkan apa yang anda ketahui)
Artinya
memamerkan apa yang anda ketahui melalui teknik tantanglah persaingan,
penilaian personal, catatan prestasi, dan nilai. Dalam Exhibiting what you know, guru akan mengetahui apakah siswa
benar-benar paham dengan apa yang telah mereka pelajari. Siswa diberikan
kesempatan menjelaskan kembali materi yang telah dipelajari agar mereka dapat
membuktikan bahwa mereka betul-betul paham dengan konsep yang mereka pelajari.
Rose (dalam Accelerated Learning) menyatakan jika
anda mengajarkan kepada orang lain, berarti anda betul-betul menunjukkan bahwa
anda telah paham. Selanjutnya pada tahap ini siswa diberi kertas selembar dan
diminta untuk membuat soal sendiri, kemudian kertas berisi soal tadi ditukar
kepada teman sebelah dalam satu kelompok untuk dijawab. Dalam selang waktu yang
diberikan, kertas digilir kembali ke teman yang lain untuk diperiksa. Setelah
selesai guru mengumpulkan dan memberi penilaian.
6. Reflecting how
you’ve learning (Merefleksikan bagaimana anda belajar)
berpikir
apa usaha yang terbaik untuk memperoleh hasil yang terbaik pula. Hal ini dapat dilakukan dengan selalu
mengevaluasi cara belajar
|
setiap hari.
Dengan
menggunakan model MASTER, siswa tidak hanya dapat menguasi konsep yang
diajarkan, tetapi juga menjadi kreatif, mengembangkan kemampuan berpikir kritis
dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi karena motivasi yang diberikan.
Suasana belajar menjadi menyenangkan dan jauh dari kesan membosankan. Selain
itu siswa juga dibimbing untuk lebih berani dalam membuktikan bahwa mereka
telah menguasai konsep yang didapat.
Langkah-langkah
model pembelajaran MASTER :
1. Guru
memberikan informasi dan memotivasi tentang pembelajaran dan kegiatan pada pertemuan
hari ini.
2. Guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang masing-masing terdiri dari 5-6
orang perkelompok.
3. Setelah
siswa duduk perkelompok, guru membagikan lembar kerja kelompok untuk melakukan
suatu percobaan (praktikum). Siswa bekerja sama selama lebih kurang 30 menit
untuk membahas LKS.
4. Guru
membimbing siswa untuk memahami lembar kerja tersebut. Dari LKS diminta memberikan
opininya terhadap permasalahan tersebut, bagaimana cara membuktikannya, seperti
apa contohnya, apa kesimpulan yang dapat ditarik, hal-hal apa yang menarik dari
konsep tersebut.
5.
mempresentasikan hasil diskusinya.
Dalam kegiatan ini juga diadakan
|
diadakan diskusi kelas.
6. Guru
melakukan penilaian dengan memberikan penilaian pertanyaan-pertanyaan singkat
ataupun dengan tes evaluasi, siswa yang mengetahui jawabannya dipersilahkan
untuk menjawab. Selain itu penilaian juga bisa dilakukan dengan menugaskan
siswa membuat satu buah soal, kemudian kertas berisi soal tadi ditukar kepada
teman sebelah dalam satu kelompok untuk dijawab. Dalam selang waktu yang
diberikan, kertas yang telah berisi soal dan jawaban digilir kembali kepada
teman yang lain untuk diperiksa. Setelah
selesai, guru mengumpulkan lembar kerja tersebut dan memberikan penilaian.
7. Setelah
semua topik diskusi dibahas, guru menanyankan apakah ada konsep yang meragukan atau belum dipahami.
8. Guru
dan siswa menyimpulkan pelajaran hari ini.
9. Guru
melakukan evaluasi.
10. Guru
menutup pelajaran dan kembali memotivasi siswa untuk belajar.
(Johan Herianto, 2013)
2.
Kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran MASTER
a. Kelebihan dari model pembelajaran
MASTER adalah sebagai berikut:
1)
Membantu siswa dalam memahami materi.
2)
Membiasakan siswa menganalisa permasalahan.
3)
Mengembangkan berpikir kritis siswa.
4)
Siswa menjadi kreatif.
5)
Membentuk siswa yang mandiri dan bertanggung jawab.
6)
Siswa/i mendapatkan kepuasan belajar melalui tugas-tugas
yang terselesaikan.
b. Kekurangan model MASTER adalah
sebagai berikut:
1) Tidak semua materi dapat menggunakan
model pembelajaran ini.
2) Diperlukan guru yang kreatif
sehingga didapat hasil yang optimal.
3) Bila diterapkan kepada siswa yang
belum dewasa, ia belum bisa.
4) Belajar secara mandiri (masih
memerlukan bimbingan).
(Listyawan, 2012)
D. Kemampuan Berpikir
Kritis
1.
Pengertian
Berpikir Kritis
konvergen. Berpikir kritis menggunakan dasar proses berpikir untuk
|
Berpikir
kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk
memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan (Ennis
dalam Fisher, 2008). Menurut Nurhadi, dkk (2004), berpikir kritis merupakan
kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasarkan
pada inferensi atau pertimbangan yang sama. Menurut Edward Glaser
mendefinisikan berpikir kritis sebagai berikut:
1) Suatu
sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang
berada dalam jangkauan pengalaman seseorang.
2) Pengetahuan
tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis,
3) Semacam
suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Kemampuan berpikir
kritis antar siswa berbeda, karena berpikir kritis merupakan proses mental yang
dapat tumbuh pada setiap individu secara berbeda sehingga diperlukan suatu
iklim atau aktivitas untuk menunjangnya melalui kegiatan observasi siswa akan
dilatih untuk berpikir kritis karena mereka harus meneliti, menganalisis sampai
membuat suatu kesimpulan akhir, bahkan mengkomunikasikan dengan siswa lain.
Menurut
Ennis (dalam Filsaime, 2008) berpikir kritis merupakan hasil dari interaksi
serangkaian dugaan terhadap berpikir kritis, dengan serangkaian kecakapan untuk
berpikir kritis. Dugaan-dugaan berpikir kritis yang dinyatakan Ennis meliputi:
1) Mencari
sebuah pernyataan yang jelas dari pertanyaan; 2) mencari alasan-alasan.
2) Mencoba
untuk berpengetahuan luas.
3) Mencoba
untuk tetap relevan pada poin utama.
Berikut,
delapan panduan dalam berpikir kritis:
1) Mengajukan
pertanyaan.
2) Mendefinisikan
istilah.
3) Menilai
fakta.
4) Menganalisisi
berbagai asumsi dan bias.
5) Menghindari
penalaran yang emosional.
6) Jangan
terlalu menyederhanakan masalah.
7) Mempertimbangkan
suatu berbagai interpretasi lain.
8) Mentolerir
ketidakpastian.
2.
Karakteristik
Berpikir Kritis
Seorang
yang berpikir kritis akan mengkaji ulang apakah keyakinan dan pengetahuan yang
dimiliki atau dikemukakan orang lain logis atau tidak. Demikian juga seorang
yang berpikir kritis tidak akan menelan begitu saja kesimpulan-kesimpulan atau
hipotesis yang dikemukakan dirinya sendiri atau orang lain. Seorang pemikir
memiliki sejumlah karakteristik sebagai berikut:
a. Mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan dan masalah penting, merumuskannya dengan jelas dan
teliti.
b. Memunculkan
ide-ide baru yang berguna dan relevan untuk melakukan tugas.
c. Pemikiran
kritis memiliki peran penting untuk menilai manfaat ide-ide baru, memilih
ide-ide yang terbaik, atau memodifikasi ide-ide jika perlu.
d.
Mengumpulkan dan menilai
informasi-informasi yang relevan, dengan menggunakan gagasan abstrak untuk
menafsirkannya dengan efektif.
e.
Menarik kesimpulan dan
solusi dengan alasan yang kuat, bukti yang kuat, dan mengujinya dengan
menggunakan kriteria dan standar yang relevan.
f.
Berpikir terbuka dengan
menggunakan berbagai alternatif sistem pemikiran, sembari mengenali, menilai,
dan mencari hubungan- hubungan antara semua asumsi, implikasi, akibat-akibat
praktis.
g.
Mampu mengatasi
kebingungan, mampu membedakan antara fakta, teori, opini, dan keyakinan.
h.
Mengkomunikasikan dengan
efektif kepada orang lain dalam upaya menemukan solusi atas masalah-masalah
kompleks, tanpa terpengaruh oleh pemikiran orang lain tentang topik yang
bersangkutan.
i.
Jujur terhadap diri sendiri,
menolak manipulasi, memegang kredibilitas dan integritas ilmiah, dan secara intelektual independen,
imparsial,
netral.
(Murti
Bhisma, 2012)
3.
Indikator-Indikator Berpikir Kritis
Berdasarkan
kurikulum berpikir kritis yang dikembangkan oleh Ennis (dalam Liliasari, 2007).
Ada 2 kelompok berpikir kritis, yaitu disposisi berpikir kritis dan kemampuan
berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis dapat dijabarkan berdasarkan tingkat
kesulitannya menjadi 5 indikator berpikir, yaitu: (1) penjelasan sederhana; (2)
keterampilan dasar; (3) inferensi; (4) penjelasan lanjut; dan (5) strategi dan
taktik. Setiap tahap berpikir tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam
indikator-indikator berpikir yang lebih spesifik seperti yang terlihat dalam
tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
No
|
Kemampuan
Berpikir Kritis
|
Sub Kemampuan
Berpikir Kritis
|
Penjelasan
|
1.
|
Elementary
Clarification (Memberikan penjelasan sederhana)
|
1. Memfokuskan pertanyaan.
|
a.
Mengidentifikasi
dan merumuskan pertanyaan
b.
Mengidentifikasi
dan merumuskan kriteria-kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin.
c.
Memelihara
kondisi dalam keadaan berpikir.
|
|
|
2. Menganalisis Argument.
|
a.
Mengidentifikasi
kesimpulan.
b.
Mengidentifikasi
alasan (sebab) yang tidak dinyatakan (implisit).
c.
Mengidentifikasi
alasan (sebab) yang dinyatakan (eksplisit).
d.
Mengidentifikasi
ketidak-relevanan dan kerelevanan.
e.
Mencari
persamaan dan perbedaan.
f.
Mencari
struktur dari suatu argument.
g.
Membuat
ringkasan.
|
|
|
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu
penjelasan atau tantangan.
|
a.
Mengapa
demikian ?
b.
Apa intinya
dan apa artinya?
c.
Yang mana
contoh dan yang mana bukan contoh ?
d.
Bagaimana
menerapkan dalam kasus tersebut?
|
2.
|
Basic
Support (Membangun keterampilan dasar)
|
1. Mempertimbangkan kredibilitas sumber.
|
a. Keahlian
b. Kelemahan dari permasalahan yang bersangkutan.
c. Kesepakatan antar sumber.
d.
Reputasi.
e. Menggunakan prosedur yang telah diakui.
f. Mengetahui berdasarkan reputasi.
g. Kemampuan memberikan alasan.
h. Kebiasaan sehari-hari.
|
|
|
2. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.
|
a.
Sedikit
mengambil kesimpulan yang berbelit-belit.
b.
Interval waktu
singkat antara observasi dan pembuatan laporan.
c.
Laporan dibuat
oleh observer, lebih baik dari yang dibuat orang lain (laporan bukan sekedar
kabar angin).
d.
Merekam
gambaran secara umum, jika laporan disertai rekamana, umumnya lebih baik.
e.
Kondisis akses
yang baik.
f.
Penggunaan
teknologi yang kompeten.
g.
Kepuasaan
observer atas kredibilitas kriteria.
|
3
|
Inference
(Membuat
Inferensi)
|
1. Membuat dedukasi dan mempertimbangkan hasil
deduksi.
|
a.
Kelompok yang
logis.
b.
Kondisi yang
logis
c.
Interpretasi
pertanyaan.
|
|
|
2. Membuat dedukasi dan mempertimbangkan hasil
dedukasi.
|
a.
Membuat
generalisasi, kekhususan data pembatasan terhadap alasan, pengambilan contoh,
tabel dan grafik.
b.
Membuat
penjelasan dari suatu kesimpulan dan hipotesis.
c.
Menyelidiki
yaitu merancang eksperimen termasuk merencanakan dalam mengendalikan
variabel, mencari bukti di luar bukti yang telah ada, mencari penjelasan lain
yang memungkinkan.
d.
Memberikan
kriteria alasan dalam membuat asumsi.
|
|
|
3. Membuat keputusan dan mempertimbangkan hasilnya.
|
a.
Latar belakang
fakta.
b.
Konsekuensi.
c.
Penerapan
utama terhadap prinsip-prinsip yang telah diterima.
d.
Mempertimbangkan
banyak alternatif.
e.
Menyesuaikan,
menimbang, dan memutuskan.
|
4.
|
Advance Clarification
(Memberikan penjelasan lebih lanjut)
|
1. Mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan
definisi.
|
a.
Bentuk :
sinonim, klarifikasi, rentang ekspresi yang sama.
b.
Strategi
definisi (tindakan mengidentifikasi persamaan).
c.
Isi (content)
|
|
|
2. Mengidentifikasi asumsi.
|
a.
Penalaran
secara implisit.
b.
Diperlukan
asumsi seperti membangun kembali argument.
|
5.
|
Strategy
and Tactcs (Mengatur strategi dan taktik)
|
1. Memutuskan suatu tindakan.
|
a.
Mendefinisikan
masalah.
b.
Menyeleksi
kriteria untuk membuat solusi.
c.
Merumuskan alternatif yang memungkinkan.
d.
Memutuskan
hal-hal yang dilakukan secara tentatif.
e.
Melakukan
review.
f.
Memonitor
implementasi.
|
|
|
2. Berinteraksi dengan orang lain.
|
a.
Strategi
logis.
b.
Memberi label.
c.
Mempresentasikan
secara lisan atau tertulis.
|
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa berpikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu
dituntut untuk mengintereprestasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat
sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu
pengetahuan dan pengalaman.
E. Materi Larutan
Elektrolit dan Nonelektrolit
Larutan adalah campuran yang homogen
dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak disebut pelarut. Suatu zat dikatakan
larutan jika campuran antara zat terlarut dan pelarutnya bersifat homogen.
Larutan bisa berwujud gas (seperti udara) padat (paduan logam) atau cair (misalnya
air laut) Artinya tidak terdapat batas antar komponennya, sehingga tidak
dapat dibedakan lagi antara zat pelarut (air) dan terlarutnya. Hal ini juga
berlaku untuk campuran antara pasir dan air, untuk itu air kopi kita
menyebutnya sebagai larutan heterogen/campuran.
Suatu larutan pada umumnya didefinisikan sebagai suatu campuran homogen dua
macam komponen atau lebih dengan bermacam-macam konsentrasi.
Berdasarkan sifat daya hantar
listriknya larutan dapat dibedakan menjadi larutan yang dapat menghantarkan
listrik (elektrolit) dan larutan
yang tidak dapat menghantarkan listrik (non
elektrolit). Semua zat yang larut dalam air termasuk kedalam salah satu
dari dua golongan berikut elektrolit
dan nonelektrolit.
1.
Larutan Elektrolit
Elektrolit merupakan suatu zat yang
ketika dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan
arus listrik. Suatu larutan dapat dikatakan sebagai larutan elektrolit jika zat
tersebut mampu menghantarkan listrik. Mengapa zat elektrolit dapat
menghantarkan listrik? Ini erat kaitannya dengan ion-ion yang dihasilkan oleh
larutan elektrolit (baik positif maupun negatif). Suatu zat dapat menghantarkan
listrik karena zat tersebut memiliki ion-ion yang bergerak bebas di dalam
larutan tersebut. ion-ion inilah yang nantinya akan menjadi penghantar. Semakin
banyak ion yang dihasilkan semakin baik pula larutan tersebut
menghantarkan listrik. Elektrolit umumnya ada sebagai solusi dari asam, basa
atau garam.
2. Teori Ion Svante Arrhenius
Mengapa
larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik, sedangkan
larutan nonelektrolit tidak? dan ternyata, pertanyaan tersebut
merupakan “pekerjaan rumah” bagi para ahli sekitar abad 19. “Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus
listrik karena mengandung ion-ion yang dapat bergerak bebas”. Arrhenius
menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik karena
mengandung ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion itulah yang dapat
menghantarkan arus listrik melalui larutan tersebut.
Misal pada larutan HCl (asam
klorida) ; dalam larutan, HCl terurai menjadi ion H+ dan ion Cl-.
Reaksi ionisasi yang terjadi sebagai berikut:
HCl (aq) → H +
(aq) + Cl - (aq).
Ion-ion
H+ akan bergerak menuju katode, mengambil elektron dan berubah
menjadi gas hidrogen:
H+ (aq) + 2e- → H2
(g)
Sementara
itu, ion ion Cl- akan bergerak menuju anode, melepas electron, dan
berubah menjadi gas klorin:
Cl (aq) → Cl - (g) + 2e-
Jadi
hantaran listrik melalui larutan HCl terjadi karena ion-ion H-
mengambil elektron dari katode, sedangka ion-ion Cl- melepas
elektron di anode. Dengan demikian, dapat di jelaskan bahwa arus listrik dalam
larutan merupakan aliran muatan (aliran ion – ion).
3. Berbagai Jenis Larutan Elektrolit
Larutan apa saja yang dapat
menghantarkan listrik? Terdapat berbagai
jenis larutan yang bisa
menghantarkan listrik. Pembagian zat tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Berdasarkan
jenis larutan
1) Larutan asam (zat yang melepas ion H+
jika dilarutkan dalam air), contohnya adalah:
a) Asam klorida/asam lambung : HCl
b) Asam florida : HF
c) Asam sulfat/air aki : H2SO4
d) Asam asetat/cuka : CH3COOH
e) Asam sianida : HCN
f) Asam nitrat : HNO3
g) Asam posfat : H3PO4
h) Asam askorbat/Vit C
2) Larutan basa (zat yang melepas ion
OH- jika dilarutkan dalam air), contohnya adalah:
a) Natrium hidroksida/soda kaustik :
NaOH
b) Kalcium hidroksida : Ca(OH)2
c) Litium hidroksida : LiOH
d) Kalium hidroksida : KOH
3) Larutan garam (zat yang terbentuk
dari reaksi antara asam dan basa), contohnya adalah:
a) Natrium klorida/garam dapur : NaCl
b) Ammonium clorida : NH4Cl
c) Ammonium sulfat : (NH4)2SO4
d) Calcium diklorida : CaCl2
b. Berdasarkan
jenis ikatan:
1) Senyawa ion (senyawa yang terbentuk
melalui ikatan ion), contohnya adalah: NaCl, CaCl2, AlCl3,
MgF2, LiF (sebagian besar berasal dari garam).
2) Senyawa kovalen polar (senyawa melalui
ikatan kovalen yang bersifat polar/memiliki perbedaan keelektronegatifan yang
besar antar atom), contohnya adalah: HCl, NaOH, H2SO4, H3PO4,
HNO3, Ba(OH)2 (berasal dari asam dan basa).
4. Pembagaian Larutan Elektrolit
Terdapat
dua jenis larutan elektrolit, yaitu sebagai berikut:
a. Elektrolit
kuat memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Menghasilkan banyak ion.
2) Molekul netral dalam larutan hanya
sedikit/tidak ada sama sekali.
3) Terionisasi sempurna, atau sebagian
besar terionisasi sempurna.
4) Jika dilakukan uji daya hantar
listrik: gelembung gas yang dihasilkan banyak, lampu menyala.
5) Penghantar listrik yang baik.
6) Derajat ionisasi = 1, atau mendekati
1.
7)
Contohnya adalah: asam kuat (HCl, H2SO4,
H3PO4, HNO3, HClO4);
basa kuat
(NaOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2, LiOH), garam NaCl.
b. Elektrolit
lemah memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Menghasilkan sedikit ion.
2) Molekul netral dalam larutan banyak.
3) Terionisasi hanya sebagian kecil.
4) Jika dilakukan uji daya hantar
listrik: gelembung gas yang dihasilkan sedikit, lampu tidak menyala.
5) Penghantar listrik yang buruk.
6) Derajat ionisasi mendekati 0.
7) Contohnya adalah: asam lemah (cuka,
asam askorbat, asam semut), basa lemah [Al(OH)3, NH4OH,
Mg(OH)2, Be(OH)2]; garam NH4CN.
Secara
garis besar perbedaan antara elektrolit kuat dengan elektrolit lemah antara
lain :
No
|
Larutan
Elektrolit Kuat
|
Larutan
Elektrolit Lemah
|
1.
|
a = 1
|
a = 0 < a < 1
|
2.
|
Terionisasi Sempurna
|
Terionisasi Sebagian
|
3.
|
Daya Hantar Listriknya Baik (Kuat)
|
Daya hantar Listriknya Kurang Baik
(Lemah)
|
4.
|
Jumlah Ion nya banyak
|
Jumlah Ion nya sedikit
|
5.
|
Jika di tes dengan alat Elektrolit
tester, maka akan menghasilkan Gelembung gas dan lampu menyala dengan terang
|
Jika di tes dengan alat Elektrolit
tester, maka akan menghasilkan Gelembung gas tetapi lampu redup/tidak menyala
|
5. Kekuatan Larutan Elektrolit
Kekuatan
larutan elektrolit erat kaitannya dengan derajat ionisasi/disosiasi . Derajat
ionisasi/disosiasi adalah perbandingan antara jumlah ion yang dihasilkan dengan
jumlah zat mula-mula. Banyak sedikitnya elektrolit yang mengion dinyatakan
dengan derajat ionisasi atau derajat disosiasi (α), yaitu perbandingan jumlah
zat yang mengion dengan jumlah zat yang dilarutkan.
α =
Derajat
ionisasi memiliki rentang antara 0 sampai 1. Jika derajat ionsisasi suatu
larutan mendekati 1 atau sama dengan 1, ini mengindikasikan bahwa zat tersebut
tergolong larutan elektrolit kuat. Artinya adalah sebagian besar/semua zat
tersebut terionisasi membentuk ion positif dan ion negative. Hanya sebagian
kecil/tidak ada zat tersebut dalam bentuk molekul netral. Jika derajat
ionsisasi suatu larutan mendekati 0, ini mengindikasikan zat tersebut tergolong
larutan elektrolit lemah. Artinya adalah hanya sebagian kecil zat tersebut yang
terionsisasi menghasilkan ion positif dan ion negative. Sisanya masih berupa
molekul netral. Jika semua zat yang dilarutkan mengion maka derajat
ionisasinya = 1. Elektrolit
kuat memiliki harga α = 1, sebab semua zat yang dilarutkan terurai menjadi ion. Elektrolit lemah memiliki harga
α<1, sebab hanya sebagian yang terurai menjadi ion. Adapun non elektrolit memiliki harga
α = 0, sebab tidak ada yang terurai menjadi ion.
(Keenan Kleinfelter, 1998)
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Definisi Konsepsional
Definisi
konsepsional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis
adalah sebuah proses menguraikan sebuah pokok masalah atas berbagai bagiannya
seperti penelaahan juga dilakukan pada bagian tersebut dan hubungan antar
bagian guna mendapatkan pemahaman yang benar serta pemahaman masalah secara
menyeluruh (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).
2. Pembelajaran
mandiri adalah adanya kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk ikut
menentukan tujuan, sumber dan evaluasi belajarnya (Wedemeyer, 1983).
3. Berpikir
kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan
pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan (Ennis,
1991).
B. Definisi
Operasional
Definisi operasional dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model
Pembelajaran MASTER adalah suatu langkah dalam cara belajar
cepat yang diterapkan dimana siswa
dalam kelompok untuk membahas bersama LKS yang diberikan. Mind berarti
mendapatkan pikiran yang benar. Tahapan pada model pembelajaran ini yaitu Motivating your mind (memotivasi
pikiran), Acquire (memperoleh
informasi yang terdiri dari gagasan inti), Search
Out (mencari makna melalui pembimbing mereka), Trigger (memicu memori), Exhibiting (memamerkan apa yang anda
ketahui) dan Reflect (mereflesikan cara belajar).
2. Kemampuan
Berpikir Kritis adalah kemampuan untuk menimbang faktor-faktor yang penting dan
tidak penting, konkrit dan abstrak yang mempengaruhi suatu situasi, agar dapat
dibuat solusi yang terbaik dari suatu masalah.
3. Sub
Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit adalah suatu materi
pelajaran kimia yang diajarkan di kelas X pada semester genap.
C. Tempat dan Waktu
Penelitian
Tempat
dan waktu dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tempat
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5
Samarinda.
2. Waktu
Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan dari tanggal 28 April - 05 Mei tahun ajaran 2013/2014.
D.
Populasi
dan Sampel
Populasi
dan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Populasi
Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA SMA Negeri 5 Samarinda.
2. Sampel
Sampel dalam
penelitian ini adalah kelas X IPA 2 yang berjumlah 36 siswa. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah purposive sampling dalam
pengambilan sampel penelitian. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu
pertimbangan bahwa kelas dengan tingkat kemampuan yang berbeda dan pertimbangan
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri dan bantuan dari pihak sekolah atau
guru bersangkutan menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian, berdasarkan
ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
E. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah
penelitian analisis deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan
atau mendeskripsikan informasi sesuai dengan variabel yang diteliti. Penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya
pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2009). Pendekatan yang dilakukan
adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menemukan
data kemampuan siswa yang berbentuk angka.
F.
Alur
Penelitian
Kesimpulan
|
Analisis
dan Pembahasan Temuan penelitian
|
Menganalisis
Materi
|
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
|
Observasi
|
Membuat
Instrumen Penelitian
|
Pelaksanaan
pembelajaran dengan model pembelajaran Motivating,
Acquire, Search, Trigger,
Exhibit, Reflect
(MASTER)
|
Observasi
|
Tes
Tertulis
|
Analisis
Hasil
|
Pengolahan
Data
|
Observasi selema penelitian
|
Wawancara
|
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
G.
Prosedur Penelitian
1. Tahap
persiapan
Pada
tahap persiapan, langkah-langkah yang ditempuh peneliti adalah sebagai berikut
:
a.
Melakukan
observasi ke sekolah.
b.
Menganalisis materi yang akan diajarkan.
c. Menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menyusun materi pelajaran yang akan
disampaikan.
d. Merencanakan
model pembelajaran yang sesuai dengan konsep materi yang akan diajarkan dan
memperhitungkan waktu yang diperlukan.
e. Mempersiapkan
instrumen penelitian berupa tes tertulis berbentuk uraian.
2. Tahap
pelaksanaan
Pada
tahap pelaksanaan, langkah-langkah yang ditempuh peneliti adalah sebagai
berikut :
a. Memberikan
perlakuan yaitu dengan cara menerapkan model Mind Motivating, Acquire, Search, Trigger, Exhibit,
Reflect (MASTER) dengan materi pembelajarannya,
yaitu larutan elektrolit dan non elektrolit.
b. Melaksanakan
tes akhir pertemuan yang berjumlah 5 soal.
3. Tahap
Penyelesaian
Setelah
tahap pelaksanaan akan dilakukan tahap penyelesaian, langkah-langkah yang
ditempuh peneliti adalah sebagai berikut :
a. Pengolahan
data.
b. Analisis
hasil tes tertulis.
c. Analisis dan pembahasan temuan penelitian.
d. Penarikan
kesimpulan.
H.
Teknik
Pengumpulan Data
Pada penelitian
ini, data diperoleh melalui teknik tes dan non tes, yaitu :
1. Teknik
Tes
a. Tes
dilaksanakan pada tiap akhir pertemuan yang memuat indikator-indikator
kemampuan berpikir kritis (memberikan penjelasan sederhana, membangun
keterampilan dasar, inferensi, memberi penjelasan lebih lanjut dan Kemampuan strategy and tactics) dalam bentuk butir
tes sebanyak 5 soal.
2. Teknik
Non Tes
a. Observasi,
pada penelitian ini dilakukan observasi secara langsung terhadap siswa selama
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang berisi skala
penilaian, indikator dan keterampilan berpikir kritis yang diamati. Lembar
observasi selanjutnya digunakan sebagai data penunjang untuk melihat
keterampilan berpikir kritis siswa secara klasikal.
b. Wawancara, pada penelitian ini wawancara
dilakukan setelah menganalisis jawaban pertanyaan tes akhir. Wawancara
dilakukan terhadap 6 orang siswa, 2 orang dari kelompok atas, 2 orang dari
kelompok sedang dan 2 orang dari kelompok bawah. Pengambilan sampel wawancara
dilakukan berdasarkan nilai jawaban tes akhir pertemuan siswa. Melalui wawancara akan diperoleh
keterangan langsung dari siswa mengenai jawaban yang diberikan dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview
guide (pedoman wawancara).
I.
Teknik
Analisis Data
Penelitian ini bersifat deskriptif
kuantitatif, yang berarti hanya memaparkan data yang diperoleh melalui
pemberian soal-soal sebagai latihan
dan tes pemahaman belajar. Data yang diperoleh
kemudian disusun, dijelaskan dan akhirnya dianalisis dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan. Secara rinci analisis digunakan dalam 8
tahap, yaitu:
1. Memberikan
skor mentah untuk setiap jawaban siswa yang mengacu pada pedoman penilaian yang
telah dibuat.
2. Menghitung
nilai yang diperoleh siswa untuk masing-masing indikator kemampuan berpikir
kritis setiap pertemuan, dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh
Arikunto (2009) sebagai berikut:
Nilai Siswa=
x
100
3.
Mengurutkan nilai siswa untuk wawancara berdasarkan
presentase dan mengelompokkannya dalam tiga kategori yaitu atas, sedang dan
bawah.
Pengelompokkan
kategori tersebut dibuat berdasarkan :
Atas
Mean + 1 SD
Sedang
Mean – 1 SD
Bawah
(Pramudjono,
2003)
4.
Menentukan
rata-rata nilai siswa untuk setiap indikator kemampuan berpikir kritis
berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada tiap pertemuan.
Nilai=
5. Menentukan
kategori kemampuan untuk masing-masing siswa untuk setiap kemampuan berpikir
kritis berdasarkan skala kategori
kemampuan (Arikunto, 2006) disajikan dalam tabel 3.1 berikut:
Tabel
3.1 Skala Kategori Kemampuan
Nilai Siswa
|
Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Siswa
|
81≤ X ≤100
|
Sangat baik
|
61≤ X ≤80
|
Baik
|
41≤ X ≤60
|
Cukup
|
21≤ X ≤40
|
Kurang
|
0≤ X ≤20
|
Sangat Kurang
|
6.
Menghitung presentase sebaran siswa untuk masing-masing
kategori kemampuan pada setiap kemampuan berpikir kritis
menggunakan rumus:
Sebaran
Siswa (%) =
× 100%
Keterangan
:
∑X
= jumlah siswa pada setiap kategori kemampuan
∑Y
= jumlah total siswa
7.
Menafsirkan data sebaran siswa yang diperoleh menggunakan
kriteria yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1990) seperti dalam tabel 3.2
berikut.
Tabel 3.2 Tafsiran Persentase Sebaran Siswa
Presentase (%)
|
Tafsiran Kualitatif
|
0
|
Tidak Ada
|
0≤ X ≤25
|
Sebagian Kecil
|
26≤ X ≤49
|
Hampir Separuhnya
|
50
|
Separuhnya
|
51≤ X ≤75
|
Sebagian Besar
|
76≤ X ≤99
|
Hampir seluruhnya
|
100
|
Seluruhnya
|
8.
Pengelolaan
Lembar Observasi siswa tidak dilakukan pengolahan data yang diubah dalam bentuk
narasi dan guru dituliskan kedalam bentuk tabel penilaian sangat baik, baik,
cukup, kurang dan sangat kurang dikatagorikan sebagai hasil observasi. Data
observasi diperoleh melalui pengisian lembar observasi yang dilakukan pada saat
pembelajaran berlangsung dan diisi oleh observer. Pengolahan data dari lembar
observasi menggunakan rumus:
P =
9. Penarikan
Kesimpulan
Setelah data diperoleh, kemudian diolah secara
sistematis berdasarkan data tersebut dan diperoleh kesimpulan.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian
Hasil analisis
data yang diperoleh pada penelitian ini dari pengumpulan data berupa tes
tertulis yang diberikan pada setiap akhir pertemuan di kelas X IPA 2 SMA Negeri
5 Samarinda. Soal yang diberikan berupa soal uraian yang berjumlah
5 soal yang keseluruhan mengacu pada indikator berpikir kritis, yaitu memberikan
penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, inferensi, memberi
penjelasan lebih lanjut dan kemampuan strategy
and tactics, serta data hasil wawancara pada 6 orang siswa yang mewakili
tiga kategori kelompok yaitu kelompok atas, sedang dan bawah serta lembar
observasi untuk pengamatan secara teliti dengan observer guru bidang studi
kimia di kelas tersebut.
berjalannya
proses pembelajaran serta kendala-kendala dalam mengerjakan soal evaluasi
yang diberikan pada setiap akhir pertemuan.
|
Hasil yang
diperoleh dari pengumpulan data berupa nilai rata-rata per indikator kemampuan
berpikir kritis pada pertemuan satu dan pertemuan dua berdasarkan hasil jawaban
pada soal evaluasi untuk keseluruhan siswa.
Hasil-hasil penelitian yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik persentase siswa secara keseluruhan pada setiap indikator kemampuan
berpikir kritis, dengan contoh hasil perhitungan pada lampiran 27 dan lampiran 28, sebagai berikut:
Tabel
4.1 Rata-rata Nilai Persentase Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Secara
Keseluruhan
No
|
Indikator Berpikir Kritis
|
Rata-Rata (%)
|
Kategori
|
1.
|
Kemampuan Penjelasan Sederhana
|
83.61%
|
Sangat
Baik
|
2.
|
Membangun
keterampilan dasar
|
63.06%
|
Baik
|
3.
|
Kemampuan Inferensi
|
76.39%
|
Baik
|
4.
|
Kemampuan penjelasan
lebih lanjut
|
69.72%
|
Baik
|
5.
|
Kemampuan strategi
dan taktik
|
70.28%
|
Baik
|
Tabel 4.2 Data Sebaran Siswa pada Indikator Penjelasan Sederhana
|
||||||
Kategori
|
SB
|
B
|
C
|
K
|
SK
|
|
Sabaran Siswa (%)
|
47.22
|
50.00
|
2.78
|
0.00
|
0.00
|
|
Tafsiran
|
Hampir Separuhnya
|
Separuhnya
|
Sebagian Kecil
|
Tidak Ada
|
Tidak Ada
|
|
Tabel 4.3. Data Sebaran Siswa pada
Indikator Keterampilan Dasar
|
||||||
Kategori
|
SB
|
B
|
C
|
K
|
SK
|
|
Sabaran Siswa (%)
|
0.00
|
36.11
|
63.89
|
0.00
|
0.00
|
|
Tafsiran
|
Tidak Ada
|
Hampir Separuhnya
|
Sebagian Besar
|
Tidak Ada
|
Tidak Ada
|
|
Tabel 4.4. Data Sebaran
Siswa pada indikator Inferensi
|
||||||
Kategori
|
SB
|
B
|
C
|
K
|
SK
|
|
Sabaran Siswa (%)
|
27.78
|
47.22
|
25.00
|
0.00
|
0.00
|
|
Tafsiran
|
Hampir Separuhnya
|
Hampir Separuhnya
|
Sebagian Kecil
|
Tidak Ada
|
Tidak Ada
|
|
Tabel 4.5. Data Sebaran
Siswa pada Indikator Penjelasan Lebih Lanjut
|
||||||
Kategori
|
SB
|
B
|
C
|
K
|
SK
|
|
Sabaran Siswa (%)
|
2.78
|
75.00
|
19.44
|
2.78
|
0.00
|
|
Tafsiran
|
Sebagian Kecil
|
Sebagian Besar
|
Sebagian Kecil
|
Sebagian Kecil
|
Tidak Ada
|
|
Tabel 4.6. Data Sebaran
Siswa pada Indikator Strategi dan Taktik
|
||||||
Kategori
|
SB
|
B
|
C
|
K
|
SK
|
|
Sabaran Siswa (%)
|
5.56
|
66.67
|
27.78
|
0.00
|
0.00
|
|
Tafsiran
|
Sebagian Kecil
|
Sebagian Besar
|
Hampir Separuhnya
|
Tidak Ada
|
Tidak Ada
|
|
Keterangan :
SB :
Sangat Baik B : Baik C : Cukup
K :
Kurang SK : Sangat Kurang
Gambar 4.1
Grafik Nilai Rata-rata Siswa Pada Kelima Indikator
|
Gambar 4.2 Grafik sebaran
siswa pada Indikator Penjelasan Sederhana
|
Gambar 4.3 Grafik sebaran
siswa pada Indikator Keterampilan Dasar
|
Gambar 4.4 Grafik data
sebaran siswa pada Indikator Inferensi
|
Gambar 4.5 Grafik sebaran
siswa pada Indikator Penjelasan Lebih Lanjut
|
Gambar 4.6 Grafik sebaran siswa pada Indikator Strategi dan
Taktik
|
B.
Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa di kelas X IPA-2 SMA Negeri 5 Samarinda
pada sub pokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan menggunakan Model MASTER (Mind, Acquire, Search Out, Trigger, Exhibit, Reflect)
yang dilakukan dengan metode praktikum dimana pada penelitian ini siswa yang diteliti
berjumlah 36 orang siswa. Dalam penelitian ini, Keterampilan berpikir kritis
yang dianalisis meliputi memberikan penjelasan sederhana, membangun
keterampilan dasar, inferensi, memberi penjelasan lebih lanjut dan kemampuan strategy and tactics.
Model pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model MASTER ini diperkenalkan oleh Rose dan Nicholl yang
dilakukan dengan metode praktikum dimana dalam proses pembelajarannya model ini
dikembangkan cara belajar cepat
yang diterapkan untuk membuat suasana pembelajaran terasa menyenangkan dan jauh
dari kesan kaku. Model pembelajaran ini lebih diarahkan pada experiental learning,
yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan konkrit di laboratorium
diskusi dengan teman sejawat, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide
serta pengembangan konsep baru. Model pembelajaran ini
diberikan agar siswa harus memiliki
pengalaman dengan membuat hipotesis, meramalkan, mengetes hipotesis,
memanipulasi objek, memecahkan persoalan, mencari jawaban, menggambarkan,
meneliti, berdialog, mengadakan refleksi, menungkapkan pertanyaan cara belajar
cepat yang diterapkan untuk membuat suasana pembelajaran terasa menyenangkan
dan jauh dari kesan kaku,
mengekspresikan jawaban dan lain-lain untuk
membangun kontruksi pengetahuan baru.
mengevaluasi
cara belajar setiap hari sehingga mampu menerapkan
hasil pembelajaran.
|
Proses pembelajaran diatas ternyata dapat melatih kemampuan berpikir
kritis siswa karena dalam pelaksanaannya siswa diberikan kesempatan untuk
belajar menemukan dan menyusun konsep dari setiap materi yang diajarkan.
Berdasarkan hasil tes yang telah diperoleh, peneliti dapat mengukur kemampuan
berpikir kritis siswa untuk setiap indikator yang ada. Adapun uraian mengenai
hasil penelitian untuk masing-masing indikator berpikir kritis sebagai berikut:
1.
Indikator Memberikan
Penjelasan Sederhana
Memberikan
Penjelasan Sederhana merupakan suatu kemampuan untuk mengidentifikasi dan merumuskan
kriteria-kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin. Berdasarkan tahapan pembelajaran MASTER,
keterampilan memberikan penjelasan
sederhana dalam mengidentifikasi kemungkinan jawaban dapat dilakukan pada
tahap Mind. Memberikan penjelasan
sederhana siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran MASTER
yang dilakukan dengan metode praktikum pada tahap Mind dapat dilihat pada guru memberikan
motivasi dan pertanyaan
kepada siswa mengenai
keterkaitan materi pembelajaran
dengan kehidupan sehari-hari sementara itu siswa menyimak dan memikirkan
sesuatu yang disampaikan oleh guru sehingga siswa menjadi senang dan semangat
dalam proses pembelajarannya.
Aspek berpikir kritis yang diperlukan pada
tahap ini yaitu: mempertimbangkan jawaban yang mungkin. Siswa memahami faktor- faktor
yang mempengaruhi penyebab peristiwa-peristiwa itu terjadi, serta akibat apa
yang dimungkinkan akan timbul dari kejadian tersebut.
Tes tertulis untuk indikator memberikan penjelasan sederhana pada pertemuan
satu dan dua terletak pada butir soal nomor 1, setelah lembar jawaban siswa
dikoreksi ternyata pada jawaban siswa terdapat jawaban yang kurang tepat. Dari
salah satu siswa yang menjawab tidak lengkap kurang lengkap pada pertemuan 1
dan pertemuan 2 sebagai berikut:
Jawaban 1 (Nur013) : Untuk menentukan suatu zat tergolong
elektrolit dan nonelektrolit yaitu dengan melihat pada eksperimen apabila
terdapat gelembung gas yang banyak dan lampu menyala. Zat tersebut tergolong
larutan elektrolit dan apabila tidal terdapat gelembung gas dan tidak menyala
zat tersebut tergolong nonelektrolit.
Jawaban 2 (Nur013) : Yang lebih kuat daya
hantarnya adalah elektrolit kuat.
Berdasarkan
gambar 4.2 dapat diketahui data sebaran siswa dan kemampuan siswa dalam kemampuan
penjelasan sederhana dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa kemampuan memberikan
penjelasan sederhana pada siswa, yaitu 47.22% hampir separuhnya siswa termasuk kategori
sangat baik, 50% atau separuhnya siswa termasuk dalam kategori baik, 2.78% atau
sebagian kecil siswa termasuk kategori cukup dan 0% keseluruhan untuk rata-rata nilai persentase indikator memberikan
atau
tidak ada siswa termasuk kategori kurang dan sangat kurang. Secara keseluruhan penjelasan
sederhana diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 83.61% dengan kategori sangat
baik.
Berdasarkan
nilai secara keseluruhan rata-rata presentasi indikator memberikan penjelasan
sederhana siswa yang diperoleh pada soal pertemuan 1 yaitu membedakan
sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit sedangkan pada pertemuan 2 mengidentifikasi
larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit dari data
percobaan yang diperoleh kemampuan berpikir
kritis untuk indikator memberikan penjelasan sederhana siswa kelas X IPA 2 di SMA
Negeri 5 Samarinda adalah sangat baik.
Hal
ini didukung pula dengan adanya lembar hasil observasi dari kegiatan
pembelajaran yang dilakukan pada setiap pertemuan yaitu siswa seluruhnya (100%) Dan lembar hasil
observasi guru dikategorikan (4) Baik. Begitu juga pada pertemuan 2 hasilnya
sama tidak ada perubahan pada hasil observasi berarti siswa dan guru telah
melakukan kegiatan yang sesuai memberikan penjelasan sederhana melalui model MASTER pada tahap Mind dilakukan dengan metode praktikum.
Berdasarkan
hasil wawancara dengan beberapa siswa dari perwakilan kelompok, hampir seluruh
siswa dapat mengerjakan butir soal indikator memberikan penjelasan sederhana dengan
sangat baik pada pertemuan 1 maupun pertemuan 2. Hal ini karena siswa telah
terbiasa dengan soal-soal tersebut karena pada saat
kegiataan praktikum siswa menemukan sendiri
fakta-fakta mengenai larutan
elektrolit serta nonelektrolit dalam proses pembelajarannya.
Pernyataan
ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan perwakilan siswa yang mengatakan
bahwa mereka tidak menemukan kesulitan
dalam menjawab butir
soal nomor 1. Pertanyaan peneliti kepada siswa yaitu berdasarkan
soal evaluasi pada akhir pertemuan 1 dan 2 yang telah dilakukan, bagaimanakah
soal no 1, apakah sulit atau mudah. Menurut jawaban dari siswa, mereka tidak
menemukan kesulitan dalam mengerjakan butir soal no 1, karena sudah mengetahui ciri-ciri
dari larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan pengalaman praktikum
yang mereka lakukan. Berdasarkan wawancara tersebut dapat terlihat bahwa siswa sebagian
besar bisa menjawab dan hanya sedikit yang mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal tersebut tetapi masih banyak yang bisa mengerjakan soal dengan
baik berarti mereka masih memperhatikan pada saat proses pembelajarannya.
2.
Indikator
Keterampilan Dasar
Keterampilan
Dasar adalah Kemampuan untuk mempertimbangkan
kredibilitas sumber, kemampuan memberikan alasan dan kebiasaan sehari-hari. Keterampilan Dasar
pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran MASTER pada
tahap Search yaitu melalui kegiatan
praktikum untuk memecahkan masalah dapat dilihat pada saat kegiatan praktikum
berlangsung, dimana siswa menganalisis dan mengevaluasi ciri-ciri dari larutan
yang diamati yang dilihat dari nyala lampu dan gelembung gas, yakni pada
pertemuan 1 mengamati ciri-ciri larutan elektrolit dan nonelektrolit sedangkan
pada pertemuan 2 mengamati ciri-ciri elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Setelah
siswa memperhatikan ciri-ciri larutan tersebut maka siswa dapat menentukan
apakah larutan tersebut dapat menghantarkan arus listrik atau tidak dan dapat
menentukan larutan elektrolit yang mempunyai daya hantar yang relatif baik.
Tes
tertulis untuk indikator keterampilan dasar tertuang pada butir soal nomor 2
pada kedua pertemuan tersebut. Aspek berpikir kritis yang dibutuhkan pada soal
ini ialah siswa diminta untuk memberikan alasan
pada pertanyaan tersebut dan mempertimbangkan kredibilitas sumber,
kemampuan memberikan alasan dan
kebiasaan sehari-hari. Setelah lembar jawaban dikoreksi hanya sedikit siswa
yang bisa menjawab. Dan masih banyak jawaban siswa yang kurang lengkap.
Jawaban
1 (NUR016) : Berdasarkan hasil percobaan
tidak ditemukan adanya gejala pada elektroda dan nyala lampu karena tidak
ditemukan adanya gejala dari satu elektroda ke elektroda lain.
Jawaban
2 (NUR013) : Senyawa ion dalam bentuk padatan tidak dapat menghantarkan arus listrik
karena ion-ionnya tidak dapat bergerak bebas. Jadi, ini termasuk non-konduktor.
Dalam bentuk lelehan dan larutan senyawa ion dapat menghantarkan arus listrik.
Jadi senyawa ini termasuk konduktor.
Berdasarkan
gambar 4.3 hasil analisis data sebaran siswa keterampilan dasar siswa yang
diperoleh, yaitu 36.11% atau hampir separuhnya termasuk dalam kategori baik, 63.89%
atau sebagian besar termasuk kategori cukup. Rata-rata nilai persentase
indikator keterampilan dasar secara keseluruhan sebesar 63.06%, sehingga
kemampuan berpikir kritis untuk indikator keterampilan dasar siswa kelas X
IPA-2 SMA Negeri 5 Samarinda pada soal pertemuan 1 yaitu menganalisis data
larutan elektrolit dan larutan non elektrolit berdasaran sifat daya hantar
listriknya dan pada pertemuan 2 yaitu membandingkan larutan elektrolit kuat dan
larutan elektrolit lemah dengan derajat disosiasi (α) termasuk dalam kategori baik.
Indikator
kemampuan berpikir kritis untuk keterampilan dasar hasilnya bisa dikatakan baik
pada setiap pertemuan sama ditunjang pada hasil lembar observasi, dimana siswa
dan guru hampir (100%) siswa melakukan atau (4) kategori baik berarti telah
melakukan kegiatan membangun keterampilan dasar melalui model MASTER pada tahap
Search (menyelidiki makna) yang dilakukan menganalisis dan mencari
tau jawaban yang ada pada LKS tersebut dengan metode praktikum.
Berdasarkan
hasil wawancara dengan kelompok, dapat diketahui bahwa hampir seluruh siswa
menemukan kesulitan dalam mengerjakan soal keterampilan dasar pada pertemuan 1
maupun pertemuan 2. Wawancara yang dilakukan peneliti dengan perwakilan salah
satu siswa yaitu berdasarkan soal evaluasi pada akhir pertemuan 1 dan 2 yang
telah dilakukan, bagaimanakah soal no 2, apakah sulit atau mudah. Menurut
mereka untuk soal no 2 agak mudah dari pada pertemuan 1, setelah menjawab pada
soal pertemuan lebih agak sulit karena
pada saat kegiatan praktikum kurang memahami yang dipelajari
mengenai hal tersebut. Berdasarkan wawancara tersebut dapat terlihat bahwa
siswa sebagian besar bisa menjawab dan yang mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal tersebut tetapi hanya sedikit yang bisa mengerjakan soal
dengan baik berarti mereka kurang memperhatikan pada saat proses
pembelajarannya.
3.
Indikator Kemampuan
Inferensi
Kemampuan Inferensi
merupakan salah satu
indikator berpikir kritis yang
tidak kalah penting, yaitu untuk kelompok yang logis, kondisi yang logis dan
membuat penjelasan dari suatu kesimpulan, hipotesis dan memberikan kriteria
alasan dalam membuat asumsi. Kemampuan ini dapat dilihat dalam pembelajaran
dengan menggunakan model MASTER pada tahap
Trigger (guru dan siswa dapat menyimpulkan dan memperoleh jawaban yang
benar utama yang
dipelajari dan baik
dalam bentuk
pertanyaan
dari guru) dan Reflecting (selalu mengevaluasi cara belajar setiap hari) yang
dipadukan kegiatan praktikum, yakni ketika siswa menyimpulkan, membuat satu
buah soal dan menjawabnya serta mampu menerapkan hasil pembelajaran.
Indikator
Kemampuan Inferensi pada soal tersebut ditunjukan pada soal nomor 3 untuk
pertemuan 1 dan 2. Aspek yang berpikir kritis yang dibutuhkan pada soal ini
adalah diharapkan siswa mampu mempertimbangkan hasil dedukasi untuk membuat
penjelasan dari suatu kesimpulan dan hipotesis. Setelah dikoreksi jawaban dari
siswa ternyata hampir semua bisa menjawab soal tersebut, namun ada sedikit
siswa yang
Jawaban 1
(NUR17) : HCl merupakan
senyawa kovalen polar
yang berarti mempunyai kutub
positif dan negatif
|
Jawaban
2 (NUR018) : KCl termasuk elektrolit kuat dan CH3COOH elektrolit
lemah.
Berdasarkan
gambar 4.4 data sebaran siswa yang diperoleh dari hasil perhitungan, persentase
indikator Kemampuan Inferensi yang diperoleh siswa, yaitu 27.78% atau hampir
separuhnya termasuk kategori sangat baik, 47.22% atau hampir separuhnya
dikategorikan baik, 25% atau sebagian kecil termasuk kategori cukup. Adapun
rata-rata nilai siswa keseluruhan untuk indikator inferensi sebesar 76.39% yang mana termasuk dalam kategori baik,
sehingga dapat dikategorikan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada
pertemuan 1 dan pertemuan 2 yaitu menganalisis berdasarkan hasil praktikum larutan elektrolit dan
nonelektrolit dapat disimpulkan bahwa kemampuan
untuk indikator inferensi
siswa di kelas X IPA 2 SMA Negeri 5 Samarinda adalah baik.
Kemampuan
berpikir kritis untuk indikator kemampuan
inferensi siswa kelas X IPA 2 di SMA Negeri 5 Samarinda baik, hal ini
didukung pula dengan adanya lembar hasil observasi siswa dan guru dari kegiatan
pembelajaran yang dilakukan pada setiap pertemuan yaitu siswa hampir seluruhnya
(50%) dan (4) baik berarti telah melakukan kemampuan inferensi dengan model MASTER pada tahap (Trigger) membuat penjelasan dari suatu kesimpulan dipadukan dengan
metode praktikum.
Berdasarkan
hasil wawancara dengan perwakilan kelompok dapat dikatahui bahwa pada
perwakilan beberapa siswa hampir seluruhnya dapat mengerjakan soal nomor 3
dengan benar pada pertemuan 1 tetapi pada pertemuan 2 siswa sedikit mengalami
kesulitan dalam mengerjakan soal. Hasil dari wawancara perwakilan siswa soal evaluasi pada akhir pertemuan 1 dan
2 yang telah dilakukan, bagaimanakah soal no 3, apakah sulit atau mudah. Kalau
menurut mereka pertemuan 1 tidak mengalami kesulitan dalam menjawab soal
evaluasi, tetapi pada soal evaluasi yang ke 2 mengalami kesulitan dalam
mengidentifikasi larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit
dari data percobaan.
4.
Indikator Kemampuan
Penjelasan Lebih Lanjut
Penjelasan
Lebih Lanjut merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih elemen yang
dibutuhkan untuk menyusun kesimpulan yang memiliki alasan, kemampuan menyatakan hasil pemikiran dan menganalisis
argumen. kemampuan penjelasan lebih lanjut pada saat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran MASTER
pada tahap Exhibit (mempresentasikan
hasil diskusi berdasarkan hasil pengamatan, membuat satu buah soal,
dijawab dan diperiksa oleh temannya sendiri) yang dipadukan dengan
praktikum dapat dilihat pada saat siswa mendiskusikan pertanyaan yang terdapat
dalam LKS bersama dengan kelompoknya sehingga memperoleh jawaban yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran serta setiap anggota dalam kelompok tersebut
mengerti dan paham mengenai pembelajaran tersebut. Dengan adanya diskusi ini, siswa akan menguji hasil temuan serta
mengembangkan argumennya dalam membuktikan suatu pernyataan. Pada proses pembelajaran siswa diminta untuk memberikan penjelasan bukan pernyataan berdasarkan
hasil diskusi secara lisan yang dilakukan siswa secara berkelompok, yang
artinya siswa menjelaskan kepada kelompok lain melalui perwakilan kelompok
masing-masing.
Tahap Exhibit untuk membuat satu buah soal,
dijawab dan diperiksa oleh temannya sendiri perwakilan dari siswa untuk setiap
pertemuan, berikut perwakilan pertemuan 1 dan pertemuan 2 dari siswa:
Pembuat
soal (NUR024) : “Apa yang
dimaksud dengan larutan elektrolit.”
Penjawab
soal (NUR026) : “Larutan yang
dapat mengantarkan arus listrik. Hal tersebut disebabkan adanya ion-ion positif
dan ion-ion negatif yang berasal dari senyawa elektrolit yang terurai dalam
larutan.”
Pembuat
soal (NUR0013) : “Mengapa larutan
NaCl dikatakan larutan elektrolit kuat ?”
Penjawab
soal (NUR019) : “Karena larutan
NaCl dapat menghasilkan listrik. Dan berdasarkan hasil pengamatan, larutan NaCl
mengeluarkan banyak gelembung yang dapat menghantarkan listrik sehingga lampu
dapat menyala terang.”
Indikator
kemampuan penjelasan lebih lanjut untuk tes tertulis tertuang pada butir soal
nomor 4 pada tiap pertemuannya. Pada
soal-soal tersebut aspek berpikir kritir
diperlukan untuk menduga jawaban
yang mungkin terdapat pada data kemudian menyusun simpulan yang sesuai
dengan strategi definisi (tindakan mengidentifikasi persamaan) yang diperlukan
asumsi seperti membangun kembali argument. Namun setelah dikoreksi masih ada
siswa yang menjawab kurang lengkap dam kurang tepat.
Jawaban
1 (NUR022) : Larutan air jeruk dan tawas merupakan larutan elektrolit. Yang
memiliki gelembung gas dan lampu dapat menyala. Sedangkan pada air tomat tidak
dapat menghemat listrik.
Jawaban
2 (NUR022) : garam tergolong elektrolit kuat, air sunlight tergolong elektrolit
lemah dan larutan gula nonelektrolit.
Berdasarkan
gambar 4.5 data sebaran siswa yang diperoleh dari hasi perhitungan, persentase
indikator kemampuan penjelasan lebih lanjut yang diperoleh siswa, yaitu sebesar
2.78% atau sebagian kecil siswa termasuk dalam kategori sangat baik, 75% atau sebagian
besar termasuk dalam ketegori baik, 19.44% atau sebagian kecil termasuk dalam
kategori cukup, 2.78% atau sebagian kecil termasuk kategori kurang. Adapun
rata-rata nilai persentase indikator kemampuan penjelasan lebih lanjut secara
keseluruhan sebesar 69.72%, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir
kritis siswa untuk indikator kemampuan penjelasan lebih lanjut yaitu pada
pertemuan 1 siswa membedakan larutan elektrolit dan larutan non elektrolit
melalui percobaan dan pada pertemuan 2 siswa mampu Menganalisis larutan
elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan nonelektrolit dengan melakukan percobaan
siswa termasuk ke dalam kategori baik.
Kemampuan penjelasan
lebih lanjut siswa dan guru di kelas X
IPA 2 SMA Negeri 5 Samarinda bisa
dikatakan baik karena pada hasil lembar observasi juga hampir semua siswa (50%)
dan guru (4) baik berarti siswa hampir separuhnya melakukan tahap Exhibit dengan memberikan penjelasan
lebih lanjut yang dipadukan dengan metode praktikum. Ditahap ini siswa mempersentasikan, membuat satu buah soal dan
menjawab lembar evaluasi yang diperintahkan oleh guru.
Berdasarkan
hasil wawancara dengan perwakilan kelompok dapat diketahui bahwa beberapa siswa
hampir seluruhnya dapat mengerjakan soal nomor 4 dengan benar, tetapi
berdasarkan hasil wawancara terdapat
pula siswa yang kurang tepat dalam menjawab soal tersebut. Wawancara dengan
perwakilan kelompok bagaimana pendapat mereka kalau evaluasi pada akhir
pertemuan 1 dan 2 yang telah dilakukan, bagaimanakah soal no 4 apakah sulit
atau mudah. Berdasarkan jawaban dari perwakilan siswa menurutnya untuk
pertemuan 1 tidak mengalami kesulitan, tetapi pada pertemuan ke 2 agak sedikit
bingung.
Berdasarkan wawancara tersebut
siswa menjawab kurang tepat karena siswa tidak mengingat atau lupa dengan
jawaban tersebut dan sangat membingungkan. Siswa sebagian besar bisa menjawab
dan yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal tersebut tetapi hanya
sedikit yang bisa mengerjakan soal dengan baik berarti mereka kurang
memperhatikan pada saat proses pembelajarannya.
5.
Indikator
Strategi dan Taktik
Strategi
dan Taktik adalah kemampuan untuk mendefinisikan masalah, menyeleksi kriteria
untuk membuat solusi dan merumuskan
alternatif yang memungkinkan. Berdasarkan tahapan
pembelajaran pada MASTER,
keterampilan mengatur strategi dan taktik dapat dikembangkan tahap Acquire. Kemampuan mengatur strategi
dan taktik dalam proses pembelajaran menggunakan model MASTER pada
tahap Acquire yang dipadukan dengan metode
praktikum terlihat pada siswa dibagi kedalam kelompok dan siswa bergabung dengan temannya
membentuk kelompok dalam belajar, pembagian kelompok dilakukan berdasarkan kemampuan siswa yang diperoleh dari nilai
ulangan harian materi sebelumnya sehingga kelompok yang akan diberi perlakuan
akan lebih adil. Setiap kelompok terdiri dari 6-7 siswa yang didalamnya
terdapat 2 siswa yang memiliki nilai diatas 75, 2 siswa memiliki nilai antara 60-75, dan 2 siswa lagi memiliki nilai
dibawah 60.
Keterampilan
strategi dan taktik, aspek yang dinilai adalah mendefinisikan masalah yang
dibutuhkan untuk menyeleksi kriteria dalam membuat solusi. Indikator kemampuan
strategi dan taktik untuk tes tertulis terurai pada butir soal nomor 5 pada
kedua pertemuan tersebut. Setelah lembar jawaban dikoreksi ternyata masih ada
siswa yang menjawab kurang tepat.
Jawaban
1 (NUR024) : Karena air jeruk termasuk elektrolit yang dapat menghantarkan arus
listrik. Namun air jeruk termasuk elektrolit lemah karena tidak sampai
menghidupkan lampu.
Jawaban
2 (NUR024) : Karena kemungkinan air hujan termasuk elektrolit dan air hujan
mempunyai daya hantar listrik.
Berdasarkan gambar 4.6 dapat diketahui data sebaran
siswa dan kemampuan siswa dalam kemampuan strategi dan taktik dari hasil pada
siswa yaitu, sebesar 5.56% atau sebagian
kecil termasuk kategori sangat baik, 66.67% atau sebagian besar dikatakan baik,
27,78% atau hampir separuhnya termasuk dalam kategori cukup, 0% atau tidak ada
termasuk dalam kategori kurang dan sangat kurang. Adapun rata-rata nilai
persentase indikator kemampuan strategi dan taktik secara keseluruhan sebesar
70.28% dengan kategori baik, sehingga kemampuan berpikir kritis untuk indikator
kemampuan strategi dan taktik siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 5 Samarinda pada
soal pertemuan 1 dan pertemuan 2 yaitu menjelaskan larutan elektrolit
berdasarkan daya hantar listrik dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini
proses pembelajaran juga dapat dikatakan berhasil, dengan hasil rata-rata nilai
persentase yang baik.
Hal ini juga ditunjukkan pada hasil lembar observasi
yang terlihat bahwa siswa hampir seluruhnya (100%) dan guru (4) baik berarti
telah melakukan kegiatan strategi dan taktik melalui model MASTER pada tahap Acquire dimana siswa membagi kelompok 5-6 bekerja sama dan berdiskusi serta guru
mengarahkan siswa untuk membagi kelompok yang dipadukan dengan metode
praktikum.
Hasil
lembar observasi untuk proses penerapan model pembelajaran MASTER ini
menunjukkan kegiatan siswa sama tidak mengalami peningkatan dari pertemuan
pertama 80% sama dengan pada pertemuan kedua 80%. Dari presentase ini maka
dapat dikatakan bahwa siswa sudah dapat beradaptasi dengan pelaksanaan model
pembelajaran ini dikelas.
Berdasarkan
hasil wawancara dengan perwakilan kelompok, ternyata masih terdapat perwakilan
kelompok yang masih ada sebagian kecil mengalami kesulitan dalam mengerjakan
soal evaluasi yang diberikan. Hal ini terjadi karena siswa kurang memperhatikan
arahan dari guru pada proses pembelajaran dan kurang memperhatikan saat
kegiatan praktikum dilaksanakan. Wawancara dengan perwakilan kelompok dengan
pertanyaan soal evaluasi pada akhir pertemuan 1 dan 2 yang telah dilakukan,
bagaimanakah soal no 5, apakah sulit atau mudah. Menurutnya, untuk soal pada
pertemuan 1 dan pertemuan 2 sama saja
saya masih agak sedikit bingung dan belum begitu mengerti bagaimana menjelaskan
larutan elektrolit berdasarkan daya hantar listrik dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan wawancara tersebut dapat terlihat bahwa siswa hanya sedikit yang mengalami
kesulitan dalam mengerjakan soal tersebut tetapi masih banyak yang bisa
mengerjakan soal dengan baik berarti mereka masih memperhatikan pada saat
proses pembelajarannya.
Berdasarkan gambar 4.1 dapat kita ketahui
bahwa nilai rata-rata siswa kemampuan penjelasan sederhana memiliki nilai
tertinggi diantara indikator-indikator lainnya ini dikarenakan siswa mampu mengidentifikasi
suatu masalah pada soal evaluasi dengan kategori yang sangat baik. Sedangkan yang terendah adalah
keterampilan membangun keterampilan dasar tergolong baik dalam
mengungkapkan suatu masalah juga perlu ditingkatkan, karena masih banyak siswa
belum mampu memahami maksud soal yang diberikan. Kemampuan Inferensi,
penjelasan lebih lanjut dan strategi taktik lanjut tergolong baik, namun dalam
hal ini juga perlu ditingkatkan. Hal ini karena hampir separuhnya siswa masih
memiliki kemampuan kurang dalam memahami dan menyelesaikan suatu masalah.
Berdasarkan
uraian mengenai kelima indikator kemampuan berpikir kritis dengan model MASTER tersebut, dengan melihat nilai
rata-rata kemampuan siswa secara keseluruhan pada setiap kemampuan berpikir
kritis dapat diketahui bahwa tingkat penguasaan siswa pada kemampuan berpikir
kritis diperoleh dengan kategori baik. Pada dasarnya dari kelima kemampuan
berpikir kritis tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan siswa yang
melibatkan kemampuan mengingat, memahami, dan menganalisa suatu permasalahan.
Kelebihan menggunakan model pembelajaran
MASTER dilakukan dengan metode praktikum dimana dalam proses pembelajarannya
yaitu siswa tidak hanya dapat menguasi konsep yang diajarkan, tetapi juga
menjadi kreatif, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan memiliki rasa
percaya diri yang tinggi karena motivasi yang diberikan. Model MASTER ini menekankan pada proses pembelajaran mandiri dimana siswa membangun pengetahuannya
sendiri sesuai dengan pengalaman misalnya dari mereka melakukan
eksperimen (percobaan) yang dimiliki siswa sehingga proses pembelajaran terasa sangat menyenangkan.
Namun, model ini memilki kelemahan yaitu
ketika belajar bersama antara siswa yang cerdas dengan peserta didik yang
kurang cerdas, ada anggapan bahwa peserta didik yang kurang cerdas menghambat
penyelesaian tugas. Bila
diterapkan kepada siswa yang belum dewasa, ia belum bisa.
Belajar secara mandiri (masih
memerlukan bimbingan) padahal konsep dari model pembelajaran mandiri
adalah peningkatan kemampuan peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan
orang lain, sehingga pada akhirnya peserta didik tidak tergantung pada guru
atau teman dalam belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar